Mediabooster,news – Dalam upaya mendukung penerapan Kurikulum Merdeka yang inklusif dan berfokus pada pembelajaran berdiferensiasi, tim pengabdian dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang diketuai oleh Reza Febri Abadi melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat di Sekolah Khusus (SKH) At Thohairiyah, Banten. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dari tgl 19-20 Juni 2024 diikuti oleh 30 guru dari berbagai sekolah khusus di Provinsi Banten.
Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan kepada guru-guru dalam pembuatan instrumen asessmen bagi siswa disabilitas, sehingga mereka dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individual setiap siswa. Berikut adalah rincian pelaksanaan kegiatan:
Tim pengabdian melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut:
- **Observasi Lapangan:** Tim Pengabdian melakukan observasi ke lapangan untuk memahami kebutuhan dan kondisi mitra, serta mempersiapkan pelaksanaan kegiatan pengabdian. Observasi ini melibatkan wawancara dengan guru-guru dan tinjauan fasilitas yang tersedia di sekolah-sekolah khusus di Banten.
- **Perancangan Buku Instrumen Asessmen:** Tim Pengabdian merancang Buku Instrumen Asessmen untuk Siswa Disabilitas. Buku ini akan digunakan sebagai panduan dalam bimbingan teknis selama proses pengabdian. Buku tersebut mencakup metode dan teknik identifikasi serta asessmen yang sesuai dengan berbagai jenis disabilitas, seperti tunarungu, tunanetra, tunagrahita, dan autisme.
- **Persiapan Teknis:** Bersama dengan mitra, tim Pengabdian mempersiapkan keperluan teknis seperti ruangan, alat, dan bahan yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran kegiatan pengabdian. Tim juga memastikan adanya fasilitas yang ramah disabilitas untuk mendukung partisipasi aktif seluruh peserta.
Pada Tahap Pelaksanaan Kegiatan pengabdian dilaksanakan selama dua hari dengan rincian sebagai berikut:
Hari Pertama:
- **Penyampaian Konsep Identifikasi Siswa Disabilitas:** Narasumber Elsa Dikeu Septiani, M.Pd, yang merupakan ahli dalam pendidikan inklusif, memberikan pengetahuan tentang konsep identifikasi siswa disabilitas untuk pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka. Peserta diajarkan cara mengenali berbagai jenis disabilitas dan implikasinya terhadap proses pembelajaran. (Penjelasan mencakup bagaimana mengidentifikasi kebutuhan khusus setiap siswa, termasuk penggunaan alat bantu identifikasi dan teknik observasi yang tepat).
- **Pendampingan Pembuatan Instrumen Identifikasi:** Tim Pengabdian memberikan pendampingan kepada guru-guru dalam pembuatan instrumen identifikasi siswa disabilitas. Pendampingan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil untuk memastikan setiap peserta mendapatkan bimbingan yang optimal. Guru-guru diajarkan cara menggunakan alat bantu dan teknik identifikasi yang tepat untuk setiap jenis disabilitas.
– Kelompok-kelompok kecil ini memungkinkan interaksi yang lebih intensif antara peserta dan fasilitator, serta memberikan kesempatan bagi setiap peserta untuk mendiskusikan kasus-kasus spesifik yang mereka hadapi di sekolah mereka.
Hari Kedua:
- **Penyampaian Konsep Asessmen Siswa Disabilitas:** Narasumber memberikan pengetahuan tentang konsep asessmen siswa disabilitas untuk pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka. Peserta diajarkan pentingnya asessmen yang tepat untuk menilai kemampuan dan kebutuhan siswa disabilitas secara individual. Materi mencakup cara membuat asessmen yang valid dan reliabel, serta bagaimana menggunakan hasil asessmen untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.
- **Pendampingan Pembuatan Instrumen Asessmen:** Tim Pengabdian memberikan pendampingan kepada guru-guru dalam pembuatan instrumen asessmen siswa disabilitas. Pendampingan ini juga dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil untuk memberikan bimbingan yang lebih intensif dan personal. Guru-guru dilatih untuk mengembangkan dan menggunakan instrumen asessmen yang valid dan reliabel sesuai dengan jenis disabilitas dan kebutuhan siswa.
Proses ini melibatkan latihan praktek, dimana guru-guru mencoba membuat dan menerapkan instrumen asessmen dalam simulasi yang dipandu oleh fasilitator.
Dampak kegiatan ini memberikan dampak positif bagi para guru dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengidentifikasi dan mengases siswa disabilitas. Dengan adanya instrumen yang tepat, pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan dengan lebih efektif, sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka. Guru-guru yang terlibat dalam program ini juga diharapkan dapat menjadi agen perubahan di sekolah mereka, menyebarkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh kepada rekan-rekan sejawat.
### Testimoni Peserta
Beberapa peserta memberikan testimoni positif mengenai kegiatan ini. Pak Helmy, seorang guru dari Sekolah Khusus (SKH) At Thohairiyah, menyatakan, “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami. Kami mendapatkan pengetahuan baru dan cara praktis untuk mengidentifikasi dan mengases siswa disabilitas. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa sering dilakukan.” Ibu Aulya dari SLB PGRI menambahkan, “Pendampingan ini sangat membantu kami dalam memahami bagaimana melakukan asessmen yang tepat untuk siswa disabilitas. Sekarang kami lebih percaya diri dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.”
### Penutupan
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen dadalam mendukung pendidikan inklusif di Indonesia. Dengan adanya kolaborasi antara akademisi dan praktisi pendidikan, diharapkan dapat tercipta lingkungan belajar yang lebih baik dan inklusif bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Program ini mendapat apresiasi dari para peserta yang berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khusus di Provinsi Banten. Dengan peningkatan kapasitas para guru, diharapkan siswa-siswa disabilitas di Banten dapat menerima pendidikan yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.
Melalui program ini menunjukkan komitmen dalam mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan pendidikan inklusif yang berkualitas. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi model bagi inisiatif serupa di daerah lain, sehingga semakin banyak guru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai dalam mengajar siswa disabilitas. Dukungan yang berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk mewujudkan visi pendidikan inklusif yang merata dan berkualitas di seluruh Indonesia. (Reza Febri Abadi)